Peningkatan Efisiensi Trafo Untuk Mendukung Kebutuhan Listrik Nasional
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020 (Moch. Muchlis,2003). Jumlah ini akan terus meningkat sejalan dengan visi PLN 75/100. Artinya pada hari kemerdekaan yang ke-75, listrik di seluruh Indonesia sudah terpenuhi 100 persen. Jadi mimpi PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional pada tahun 2020 diharapkan akan terealisasi.
Komsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan mejadi suatu masalah bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebijakan-kebijakan yang diambil PLN sebagai BUMN penyedia energi listrik semakin menunjukkan bahwa PLN sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik nasional. Bahkan PLN sampai melakukan pencarian sumber-sumber pendanaan melalui penerbitan obligasi untuk menunjang kegiatan operasional dan memenuhi kebutuhan listrik nasional hingga 10 tahun mendatang (http://www.depkominfo.go.id/).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maupun Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui kelemahan pemerintah dalam mengelola kelistrikan. Akibatnya pasokan listrik saat ini tidak mencukupi kebutuhan. (Damayanti,2008)
Pentingnya pasokan energi listrik yang kontinyu dan berkualitas menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) di Indonesia, sesuai dengan UU no 15 tahun 1985.Kurangnya pasokan listrik saat ini disebabkan sulitnya mendapatkan dana investasi pembangunan pembangkit listrik baru, karena dana PLN terbatas sedangkan investor masih belum ada yang berminat untuk menanamkan modal di bidang kelistrikan. Kendala ini dirasakan sejak terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1997 dimana pertumbuhan permintaan listrik lebih besar dari kemampuan penyediaan listrik (Erwin Siregar,2003). Kondisi ini terus belangsung sampai tahun 2008, sehingga jumlah kebutuhan listrik masyarakat yang tidak dapat dipenuhi semakin meningkat.
Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik, dapat dilakukan dengan memanfaatkan lampu dan peralatan listrik hemat energi dengan efisiensi tinggi.Pemanfaatan peralatan dengan efisiensi tinggi secara tidak langsung akan dapat mengurangi konsumsi listrik dalam arti dengan konsumsi listrik yang sama dapat meningkatkan jumlah pelanggan.
Metode untuk mencapai efisiensi konsumsi energi listrik lazim disebut Demand Side Management (DSM), dimana salah satu jenisnya adalah konservasi energi. Konservasi energi didefinisikan sebagai penggunaan energi, sumber energi dan sumber daya energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Ada beberapa metode dan jenis dari DSM. Untuk pelanggan rumah tangga misalnya, banyak difokuskan pada penggunaan Lampu Hemat Energi, Tarif Blok Progresif, dan sikap hidup hemat energi (http://www.plnlampung.co.id/ berita/berita_peristiwa.asp)
Mengacu pada penjelasan tersebut, diperlukan suatu sistem efisiensi dalam penggunaan listrik nasional. Selain efisiesi dalam pengguanaan energi listrik, peningkatan efisinsi alat-alat listrik mutlak diperlukan untuk mensukseskan gerakan hemat energi listrik nasional. Tranformator merupakan salah satu komponen penting dalam sistem tenaga listrik yang pasti ada dalam setiap pemasangan instalisi listrik, peningkatan efisiensi trafo mutlak diperlukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan listrik nasional.dikarenakan efisiensi tranformator pada umumnya alat ini memiliki efisiensi lebih dari 85% (http://digilib.petra.ac.id) bila efisensi dari sebuah trafo dapat meningkat dapat dipastikan bahwa daya yang hilang dapat dimanfaatkan. Tentunya peningkatan efisiensi tarafo dalam skala nasional dapat berpengaruh signifikan pada pengunaan listrik nasional.